Friday, May 6, 2011

Tentang Petra Sihombing


Biografi :

Petra Sihombing, atauPetra Joshua Sihombingadalah pendatang baru di dunia musik Indonesia.Petralahir pada 10 April 1992 dan merupakan putra pertama dari Franky Sihombing, penyanyi yang terkenal karena lagu-lagu rohaninya.

Besar di keluarga yang dekat dengan musik,Petratumbuh menjadi sosok yang tidak hanya piawai bernyanyi, tetapi juga pandai bermain gitar dan piano. Belum lagi dukungan yang didapat dari wajah tampan dan nama besar sang ayah, lengkap sudah modalnya untuk sukses di dunia intertainment.


Bakat musik Petra sudah terlihat sejak dirinya berusia 3 tahun. Namun, setelah beranjak besar, dirinya mulai malu untuk bernyanyi, sebagai seorang bocah laki-laki. Berhenti dari menyanyi, Petra mulai bermain drim pada usia 7 tahun dan gitar pada usia 12 tahun. Setahun kemudian, dirinya mulai membuat lagu dan mengaransemen. Semua musikalitasPetraterasah dengan sendirinya bersama sang ayah.

Dukungan dari keluarga membuatnya memutuskan untuk membuat album dengan lagu dan aransemen ciptaan sendiri. Lagu-lagunya pun diambil Petra dari kumpulan lagu yang diciptakannya sejak 15 tahun.

Sayangnya tidak ada perusahaan label mayor yang mau menerimanya. Oleh karenanya, dia memutuskan untuk mengedarkan albumnya secara indie. Oleh karenanya, sang ayah pun harus menjual mobil untuk membiayai album pertamanya ini.

Dari penjualan indie, Petra pun 'dilamar' oleh sebuah label dan tampil di beberapa program musik di televisi. Nama, lagu, dan penampilan Petra pun mulai disukai pecinta musik Indonesia, dan lagunya Cinta Tak Kemana-Mana pun mulai populer.

Tidak mudah bagi penyanyi muda Petra Sihombing dalam menekuni bidang barunya berakting. Perlu waktu dua bulan, pria berdarah Batak ini berlatih akting.

“Dua bulan gue latihan, susah banget ya ternyata akting itu. Dan tidak gue pungkiri, ternyata akting itu susah,” ucap Petra Sihombing saat ditemui usai pemutaran filmLove In Perth di Plaza EX, Sduirman, Jakarta Pusat, Selasa (28/12/2010).

Putra pertama Franky Sihombing ini pun lebih nyaman ketika dirinya bernyanyi dibandingkan harus melakukan perannya di film. Sebab buatnya, nyanyi bisa menjadi diri sendiri.

“Beda banget, kalau nyanyi gue bisa jadi diri sendiri, tapi kalau akting, gue harus memerankan orang lain,” lugasnya.

Kendati demikian, pemilik lagu Cinta Tak Kemana ini pun masih merasa kalau aktingnya masih belum sempurna.

“Sampai sekarang, gue belom merasa kalau akting gue bagus. Harus banyak latihan lagi,” tegasnya.


Film Love in Perth yang diperankan Petra Sihombing bersama Gita Gutawa, masih dalam tahap promo. Jika ada tawaran film kedua, dia mengaku takkan menolaknya.

“Kita sudah selesai promo Jakarta, mungkin ada promo yang lain, tapi belum tahu. Iya, ini film pertama dan mungkin yang terakhir. Tapi enggak tahu sih,” seloroh Petra membuka obrolan, ditemui Okezone di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Rabu (2/2/2011).

Cowok kelahiran 10 April 1992 ini pun tertawa. Menurutnya, jika ada tawaran film yang datang lagi, Petra tidak akan menolaknya.

“Aku sekarang lebih fokus ke nyanyi, tapi kalau ada tawaran main film lagi, aku enggak menolak sih,” kata dia.

Petra mengatakan, dia akan lebih selektif memilih tawaran film yang datang kepadanya. Seperti, peran apa yang ditawarkan kepadanya.

“Tergantung filmnya sih, tapi yang pasti aku pilih-pilih perannya seperti apa,” tandasnya.


Semua Sendiri
Seperti cerita Franky, bakat musik Petra memang sudah terlihat sedari kecil. “Dari umur 3 tahun aku sudah nyanyi. Pas mulai gede, biasalah anak cowok, jadi malu nyanyi,” cerita pria kelahiran 10 April 1992 ini. Berhenti sejenak dari nyanyi, Petra melirik alat musik. Namun, mulai main drum di usia 7 tahun, dan gitar di usia 12 tahun, Petra tak merasa cukup. Usia 13 tahun, ia mulai membuat lagu dan mengaransemen. Musikalitas Petra terasah karena terbiasa bermain musik bersama ayahnya.
“Kalau Papa tur, aku biasanya ikut. Ngiringin gitar,” tutur Petra yang setelah membuat sejumlah lagu, makin menggebu berkarir di dunia musik. “Aku pikir, kalau cuma main-main aja, enggak ada tujuannya, buat apa? Jadi aku memutuskan untuk bikin album.” Dukungan dari keluarganya membuat Petra makin serius. Ia pun mulai menggarap album dengan lagu dan aransemen ciptaan sendiri. “Waktu aku umur 15 tahun, albumnya sebenarnya sudah jadi. Dari 15 lagu, udah dipilih 10. Aku sudah ngasih ke label-label gede, tapi enggak ada yang mau terima.”
Tak putus asa, Petra membuat ulang albumnya. Tujuh lagu baru diciptakan. Ia pun menggarap album bertitel namanya sendiri ini dengan lebih serius, hingga memakan waktu 2 tahun. Namun, kali ini Petra tak lagi berharap pada label rekaman, melainkan memproduksi secara indie. “Papa sampai jual mobil untuk biayain album pertamaku ini,” kisah Petra yang tak banyak melibatkan sang ayah dalam penggarapan lagu. “Papa cuma ngisi bas di 3 lagu,” ungkap Petra yang malah merasa beruntung punya album indie. “Lebih bebas berkreasi.” Selama ini, Petra ternyata memang suka mendengarkan musik indie. “Aku suka dengerin , buat dapat sound yang aneh-aneh,” ujar Petra yang meski tak didukung dana besar, mencoba membuat video klip sendiri.

Enggak Setengah-Setengah
Dari sini dewi fortuna mulai berpihak pada Petra. Baru saja video klip selesai, Petra “dilamar” sebuah label. Ia pun mulai menjelajah berbagai program musik. Acara Dahsyat di RCTI adalah penampilan perdana Petra di layar kaca. Membawakan lagu andalannya, Cinta Tak Kemana-Mana (CTK) , Petra langsung menuai banyak pujian. CTK pun berlanjut diputar di berbagai radio. Konon, banyak remaja yang menggandrungi penampilan Petra, hingga pihak RCTI memintanya tampil di acara ulang tahun. Ini adalah prestasi yang cukup membanggakan, mengingat besarnya event dan mayoritas artis pengisi acara yang sudah punya nama besar.
Meski kini mulai dikenal, Petra tak lantas terbuai. Pengagum John Meyer ini tetap fokus menjalani hari-harinya sebagai siswa di Institut Musik Daya, Kemang. “Prakuliah dulu 2 tahun, habis itu baru kuliah 4 tahun. Aku ambil gitar, minornya piano,” cerita Petra. Berhubung jadwal prakuliah hanya 2 kali seminggu, Petra punya banyak waktu luang.
Meski begitu, pria yang belum punya pacar ini mengaku jarang keluar rumah. “Aku enggak terlalu bergaul. Aku lebih suka di kamar, utak-atik musik aja. Kebetulan di rumah aku juga punya studio kecil,” ungkapnya sambil tertawa ringan.
Diakui Petra, pengaruh sang ayah amat terasa dalam musiknya. “Resminya aku enggak pernah diajarin Papa. Tapi, karena sudah ikut Papa dari kecil, otomatis aku belajar bikin lagu, struktur lagu, semuanya ya, dari lagu-lagu Papa.” Yang unik, nama besar sang ayah di bidang musik rohani, tak membuat Petra tergiur. “Aku sih, enggak ingin main musik alirannya Papa. Papa juga enggak pernah maksain . Dari dulu Papa cuma menekankan, mesti serius sama yang kita sukai. Enggak boleh setengah-setengah.”
Petra sendiri menjamin dirinya tak akan setengah-setengah. “Malahan, musik itu obsesiku,” tandas Petra yang hanya tersenyum saat dibandingkan dengan Afghan dan Vidi Aldiano. “Enggak bisa dibilang saingan juga, secara tipe musiknya beda banget. Afgan lebih ke mellow , Vidi Pop RnB, sementara aku lebih ke konsep band.”

Love in Perth merupakan film pertama pelantun Cinta Takkan Kemana ini. Jika disuruh memilih, Petra memang enggan meninggalkan musik yang telah ditekuninya sejak usia dini.

Mengambil lokasi syuting di Jakarta dan Australia, Petra berperan sebagai Ari yang terlibat cinta segitiga dengan Gita Gutawa (Lola) dan Derby Romero (Dani).


Jika ada kesempatan main film lagi, Petra Sihombing ingin mendapat peran yang seru. Tapi jika ditawari menjadi peran psycho, dia ragu untuk menerimanya.

“Sempat kepikiran untuk jadi peran pembunuh dan psycho gitu. Tapi, enggak deh kayaknya. Itu agak aneh sih kayaknya, tapi seru,” ujarnya bimbang saat berbincang denganOkezone, belum lama ini.

Pelantun Cinta Takkan Kemana ini sudah mendapat kesempatan bermain dalam film Love in Perth, bersama Gita Gutawa dan Derby Romero. “Aku kepingin banget cari peran yang seru banget, tapi belum pernah dimainin orang. Apa ya? Masih belum tahu,” ujarnya sambil tertawa.

Jika ada tawaran baru, Petra belum punya bayangan jenis film apa yang akan diterimanya. “Tapi yang pasti, bukan film horor,” tegasnya.

Saat ini, mahasiswa tingkat satu di Institut Musik Daya ini sepertinya lebih konsentrasi meniti karir di dunia musik.



Sepertinya Petra Sihombing tak mau menjadi musisi setengah-setengah. Dia pun menekuni hobi yang juga cita-citanya itu dengan menempuh pendidikan di Institut Musik Daya.

“Sekarang masih masuk semester dua. Sejauh ini aku masih bisa mengatur antara kerjaan sama kuliah,” tutur Petra saat dijumpai di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jumat (4/2/2011).

Kesibukan di film dan musik, tak membuatnya ingin cuti kuliah. Sejauh ini dia masih bisa mengatur jadwal kesibukannya.

“Nanti saja kalau sudah terlalu ribet baru bisa milih,” tandasnya.

Tentang pendidikan tinggi yang dipilihnya, Petra mengakui, bahwa mempelajari musik tidaklah mudah. “Kuliah musik ternyata enggak mudah. Ada tentang ini yang ternyata sulit juga dipelajari,” paparnya sambil terus tertawa.

Jika disinggung masalah prioritas, Petra mengatakan semuanya adalah prioritas. Termasuk kesibukannya menjadi aktor.

“Aku ambil spesialis gitar. Dari umur tujuh tahun, aku memang sudah planning jadi musisi, karena aku enggak bisa olahraga, basket, bola,” kata dia.

Musik telah menjadi jalur hidup Petra. Dia pun tak mau terlalu ngoyo menjalani kesibukannya saat ini.

Flow saja. Sekarang gue ambil les gitar, piano, kalau kuliah, itu aku juga ambil composing dan produser. SMA juga sempat ngeband,” tukasnya....
sumber: okezone, kapanlagi, nova


eksklusif dari cosmogirl indonesia:
Pasti kalian tahu kan cowok ganteng dan bersuara merdu ini? Yup, he'sPetra Sihombing. CG! mendapat kesempatan untuk ngobrol santai dengan cowok kelahiran 10 April 1992 ini di rumahnya.We're gonna tell you more about him!

CG!: Halo Petra, nice to meet you! Ceritakan dong, bagaimana prosesnya sampai kamu bisa jadi penyanyi?
Petra: Awalnya, gue belajar drum dari umur 7 tahun. Setelah itu, gue mulai belajar main gitar, piano, dan belajar bikin lagu. Sebenarnya, dulu nggak terlalu suka nyanyi dan cuma iseng-iseng mencoba menyanyi sendiri saja di studio. Lalu Papa ikut mendengarkan gue nyanyi, dan beliau bilang kalau gue serius, gue bisa bikin album. Ya sudah, setelah mencoba, akhirnya keterusan deh sampai sekarang.

CG!: Papa kamu juga kan musisi, beliau ikut menciptakan lagu di album pertama kamu?
Petra: Malah nggak, sih. Karena Papa membebaskan gue dalam hal bermusik. Paling kalau gue selesai bikin lagu, langsung didengarkan ke Papa, terus gue tanya apa yang kurang. Tapi, beliau membantu main bassdi beberapa lagu gue, lho.

CG!: Dari beberapa lagu, ada nggak satu lagu yang paling berkesan?
Petra: Single gue yang pertama, Cinta Tak Akan Ke Mana-Mana. Lagu ini gue ciptakan buat sahabat gue yang putus sama mantannya karena long distance. Lewat lagu ini, gue bilang sama dia kalau cinta nggak akan ke mana-mana lah. Tapi 3-4 bulan setelah gue menciptakan lagu itu, malah gue yang putus karena long distance. Jadi lagu ini sampai sekarang berkesan banget buat gue, karena kayak senjata makan tuan. Ha.. ha.. ha..

CG!: Setelah eksis di dunia musik, kamu juga mulai main film, nih. Ceritakan dong, bagaimana prosesnya sampai kamu terpilih bermain di film Love in Perth?
Petra: Gue nggak pernah punya keinginan main film karena dari dulupassion gue lebih ke musik. Tiba-tiba gue disuruh casting sama manajemen di suatu production house. Setelah casting, kira-kira dua minggu kemudian gue dihubungi oleh production house itu. Gue ditawarkan untuk beradu akting dengan Gita Gutawa dan Derby Romero. Karena menganggap ini sebagai challenge and I'm open to explore new stuff, jadi akhirnya gue terima.

CG!: Di film ini, kamu beradu akting dengan dua aktor dan aktris yang lebih senior. Merasa terbebani nggak sih?
Petra: Justru nggak, karena gue kenal Gita dan Derby sudah lama. Kalau sudah kenal kan lebih enak aktingnya. Pertama, gue pikir Derby itu senior banget, karena dulu gue juga nonton Petualangan Sherina yang dia bintangi. Tapi pas ketemu, ternyata asyik orangnya. Dia kayak mentoringgue sama Gita. Kalau ada yang kurang dia kasih tahu.

CG!: Well, kita semua penasaran, nih. Seperti apa sih tipe cewek idealnya Petra?
Petra: Gue nggak pernah mementingkan fisik, karena menurut gue... every girl is beautiful in her own way. Yang paling penting harus seiman, saling melengkapi, yang nyambung, dan bisa saling terbuka satu sama lain, komunikasinya juga harus asyik.

CG!: Percaya nggak sama love at 1st sight?
Petra: Nggak percaya. Karena butuh waktu lama buat gue untuk sayang sama seseorang. Jadi, kemungkinan besar sih, gue memang sudah berteman atau sahabatan dengan cewek itu. Tapi, kalau gue sudah sayang sama satu orang, gue bisa sayang banget lho ke dia.

CG!: Hal paling romantis yang pernah dilakukan?
Petra: Gue pernah bikin mini album. Isinya 5 lagu tentang dia semua, gue yang bikin, gue juga yang nyanyi, dan gue kasih pas dia ulang tahun.

CG!: Describe yourself in 3 words!
Petra: Rumah-an, musik-an, santai-an.

CG!: Arti fans bagi Petra?
Petra: Gue cinta fans gue! Tanpa mereka, siapa yang mendengarkan lagu gue, care sama gue? Gue lumayan sering buat acara dengan fans, seperti nonton bareng, atau biasanya sesudah manggung, gue stay beberapa jam untuk ketemu dan ngobrol-ngobrol dengan mereka.

CG!: Okay Petra, leave your message to all CosmoGIRL!s, please...
Petra: Dalam hidup ini, jangan pernah menyerah dan fokus untuk mewujudkan mimpi kalian!



Wajah Petra Sihombing di video ini imut manis dan suaranya okee...



Sunday, April 24, 2011

Hal Unik di Penjuru Dunia

Lihatlah beberapa peristiwa yang terjadi di beberapa negara ini sungguh unik dan bisa membuat kita kaget melihatnya..Peristiwa-peristiwa tersebut hanya terjadi diAustralia, China, Hawai, Indonesia, India, Texas, Thailand, Jepang, dll... yang sulit untuk ditemukan di negara-negara lain.






Hanya di Australia






Hanya di China






Hanya di Hawai






Hanya di Indonesia






Hanya di Texas






Hanya di Thailand
















Hanya di India











Hanya di Jepang

sumber : eksplorasi-dunia.blogspot.com

Monday, March 14, 2011

Terlalu Banyak Cahaya Saat Malam Naikkan Berat Badan, Kok Bisa?

REPUBLIKA.CO.ID, OHIO–Berdasarkan penelitian pada tikus, paparan cahaya saat malam bisa mengakibatkan berat badan naik, bahkan tanpa mengubah kegiatan fisik atau makan lebih banyak. Para peneliti menemukan bahwa tikus yang diterpa cahaya redup pada malam hari selama delapan minggu berat tubuhnya bertambah 50 persen lebih banyak dari tikus yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap.

“Meski tidak ada perbedaan dalam tingkat aktivitas atau konsumsi makanan sehari-hari, tikus yang hidup dengan cahaya saat malam menjadi lebih gemuk daripada yang lain,” kata Laura Fonken, penulis penelitian dan mahasiswi doktoral neuroscience di Ohio State University, seperti dikutip dari ScienceDaily. Penelitian ini dipublikasikan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, minggu ini.

Bila tikus tidak kurang aktif atau makan lebih banyak, apalagi penyebab berat badan bertambah? Hasilnya menunjukkan bahwa tikus yang hidup dengan cahaya saat malam makan pada waktu mereka di luar kebiasaan mereka.

Dalam satu penelitian, tikus yang terpapar cahaya saat malam, berat badannya tidak bertambah lebih banyak dari tikus dalam siklus terang dan gelap. Persediaan makanan tikus itu dibatasi ke waktu makan normal.

“Sesuatu mengenai cahaya pada malam membuat tikus dalam penelitian kami ingin makan di saat yang salah untuk memetabolisme makanan mereka dengan benar,” kata Randy Nelson, yang juga menulis penelitian dan seorang profesor psikologi dan neuroscience di Ohio State University.

Dalam satu penelitian, tikus dirumahkan dalam satu dari tiga kondisi: terpaan cahaya selama 24 jam terus-menerus, siklus standar terang dan gelap (terpaan cahaya selama 16 jam, 8 jam gelap), atau 16 jam cahaya siang hari dan 8 jam cahaya redup.

Para peneliti mengukur berapa banyak makanan yang dipakai tikus setiap hari. Mereka juga mengukur berapa banyak mereka bergerak di sekitar kandang mereka setiap hari melalui sistem persimpangan sinar inframerah. Massa tubuh dihitung setiap minggu.

Hasilnya menunjukkan bahwa tikus dengan cahaya redup saat malam massa tubuhnya meningkat lebih tinggi dari mereka yang hidup dalam siklus standar terang dan gelap. Berat mereka meningkat sejak minggu pertama penelitian dan terus berlanjut.

Pada akhir penelitian, tikus yang hidup dengan cahaya malam hari berat badannya kira-kira 12 gram. Tikus yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap berat badannya 8 gram. Tikus yang mendapat terpaan cahaya terus menerus juga memiliki berat badan lebih dari mereka yang hidup dengan siklus standar terang dan gelap. Nelson mengatakan tikus yang hidup dengan cahaya redup di malam hari merupakan perbandingan yang lebih baik untuk paparan cahaya yang biasa diperoleh manusia.

Tikus yang mendapat cahaya redup pada malam hari juga menunjukkan tingkat lemak epididimis lebih tinggi dan gangguan toleransi glukosa, penanda diabetes.

Hasil penelitian menunjukkan tikus dengan cahaya redup tidak makan lebih banyak dari tikus lain. Mereka berubah saat makan. Tikus-tikus itu adalah nokturnal. Mereka biasanya makan dalam jumlah besar di malam hari. Tikus yang hidup dengan cahaya redup makan 55 persen makanan mereka selama siang hari. Sementara tikus yang hidup dengan siklus standar hanya 36 persen.

Para peneliti melakukan penelitian kedua karena waktu makan penting. Mirip dengan yang pertama, dengan satu perbedaan penting: sebagai ganti ketersediaan makanan sepanjang waktu, ketersediaan makanan dibatasi ke waktu lain saat tikus biasanya aktif atau saat mereka istirahat.

Dalam percobaan ini, tikus terkena cahaya redup di malam hari tidak memiliki berat badan lebih besar daripada yang lain saat makanan mereka dibatasi ke waktu mereka aktif.

“Saat kami membatasi asupan makanan mereka ke waktu mereka makan secara normal, kami tidak melihat berat badan bertambah. Ini menambah bukti bahwa waktu makan penting untuk peningkatan berat badan,” kata Fonken.

Penemuan ini menunjukkan bahwa tingkat kortikosteron, hormon stres, tidak berbeda dalam tikus dengan cahaya redup di malam hari dibandingkan mereka yang hidup dengan siklus standar.

“Ini penting karena kortikosteron sudah dihubungkan dengan perubahan metabolisme,” kata Fonken.

Penelitian itu menunjukkan tingkat kortikosteron tikus tidak perlu berubah untuk berubah dalam metabolisme. Para peneliti percaya cahaya bisa mengganggu tingkat hormon melatonin, yang terlibat dalam metabolisme. Selain itu, bisa mengganggu jam biologis, yang membantu pengendalian saat binatang makan dan saat mereka aktif.

Penemuan itu menunjukkan kemungkinan alasan lain untuk epidemi obesitas di negara barat. “Cahaya di malam hari adalah faktor lingkungan yang bisa berkontribusi pada epidemi obesitas dalam cara yang tak diharapkan orang. Obesitas sosial berhubungan dengan jumlah faktor-faktor termasuk banyaknya paparan cahaya di malam hari,” kata Nelson.

Contohnya, para peneliti suda mengenali penggunaan komputer dan televisi berkepanjangan dilihat sebagai faktor risiko. Tetapi, penelitian itu difokuskan pada bagaimana mereka dikaitkan dengan kurangnya kegiatan fisik.

“Mungkin orang yang banyak menggunakan komputer dan menonton TV di malam hari makan di waktu salah, mengganggu metabolisme mereka. Jelas, mempertahankan berat badan perlu menjaga asupan kalori rendah dan kegiatan fisik tinggi. Tetapi, faktor lingkungan ini bisa menjelaskan kenapa beberapa orang yang mempertahankan keseimbangan energi bagus masih bisa menambah berat badan,” kata Nelson.

Peneliti lain adalah Joanna Workman, James Walton, Zachary Weil, dan John Morris dari Ohio State University dan Abraham Haim dari University of Haifa, Mount Carmel, di Israel. Penelitian itu didukung oleh National Science Foundation dan United States-Israel binational Science Foundation.

Red: Siwi Tri Puji B
Sumber: Antara

Republika Online

HELLO

HELLO
Your dream will be come true if you believed, always trying and praying